Kamis, 04 Maret 2010

BERJUANG BERLANDASKAN IMAN

(Suatu sorotan keteladanan iman Kaleb Bin Yafune)
Bil. 13 – 14 & Yos. 14 -15: 1-19
Berani tampil beda
Kisah tentang Kaleb bin Yafune dalam Alkitab hanya terungkapkan di Perjanjian Lama. Identitas Kaleb disebutkan untuk pertama kalinya dalam Bilangan 13:6 sebagai salah satu dari dua belas pengintai yang Musa pilih untuk mengintai tanah Kanaan. Dari kedua belas pengintai tersebut Kaleb bersama Yosua adalah pengintai yang percaya sepenuhnya kepada pertolongan Allah. Kaleb merupakan orang Kenas (Yos. 14:6). Pada masa kepemimpinan Musa, dia merupakan pemimpin dari suku Yehuda (Bil. 13: 2, 5). Ia adalah anak Yafune, dan Ia seorang pahlawan dari suku Yehuda yang merupakan pemimpin kaum Hezron . Diusia tuanya, ia meninggal di Hebron .
Dilihat dari nama besar, Kaleb tidak setenar Abraham, Musa, Yosua, atau Daud. Namun demikian Kaleb merupakan sosok yang dapat dijadikan teladan oleh orang percaya dalam beriman kepada Tuhan dan keoptimisannya dalam berjuang bersama Tuhan sebab ia adalah seorang yang setia kepada Tuhan (Bil. 32:12; Ul. 1:36; Yos. 14:9).
A. Narator:
Dalam Perjanjian Lama, kisah Kaleb bin Yafune lebih banyak di kisahkan dalam Bilangan pasal 13 - 14. Kisahnya kembali muncul dalam kitab Yosua pasal 14 - 15. Selain dalam kitab Bilangan dan Yosua, nama Kaleb bin Yafune terkadang disebut juga dalam kitab Hakim-hakim dan 1 Samuel. Akan tetapi penyebutan nama Kaleb yang dilakukan di Hakim-hakim dan 1 Samuel pada dasarnya hanya berfungsi sebagai rekomendasi terhadap seseorang (Hak. 3:9; 1 Sam. 25:3) . Dalam buku yang berjudul Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Helen Kenik Mainelli menyatakan bahwa Kitab Bilangan adalah salah satu bagian dari kitab Pentateukh yang ditulis oleh Musa. Sementara itu Perlaungan Gultom dalam bukunya yang berjudul Analisa Perjanjian Lama menyatakan bahwa narator kitab Bilangan adalah Musa sebab kitab Bilangan adalah salah satu kesatuan sastra dari Pentateukh. Sedangkan kitab Yosua ditulis oleh Yosua sendiri. Senada dengan Perlaungan Gultom, John Taylor juga menyatakan bahwa kitab Bilangan adalah salah satu bagian dari kitab Pentateukh. Dengan dasar tersebut, maka di simpulkan bahwa narator dari kisah Kaleb Bin Yafune adalah Musa dan Yosua.
B. Hal yang ditekankan:
Melalui cerita yang Musa dan Yosua tulis tentang Kaleb Bin Yafune, dapat dilihat bahwa dua narator tersebut mengungkapkan kekokohan iman Kaleb kepada Tuhan dan keberaniannya dalam berjuang mendapatkan tanah perjanjian. Dengan menceritakan sosok Kaleb sebagai seorang yang setia dan mempunyai iman yang kokoh pada Tuhan, sesungguhnya Musa sedang berusaha mengajarkan pada pembaca agar meneladani sikap Kaleb yang setia, berserah, dan senantiasa mempercayai janji Tuhan.
Sementara itu, Yosua dalam menceritakan bahwa Kaleb adalah sosok yang meyakini janji Tuhan sehingga dalam usia yang ke delapan puluh lima tahun, Kaleb masih berani untuk memerangi wilayah Hebron yang dihuni oleh bangsa Enak/keturunan Raksasa. Melalui cerita tersebut, Yosua menekankan bahwa sebagai orang yang percaya pada Tuhan, maka tidak ada yang mustahil bagi orang percaya sebab Tuhan beserta dia. Bila Tuhan telah berjanji maka Dia akan menepati janjinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua narator sama-sama menyatakan bahwa Kaleb memiliki pola hidup yang senantiasa mengandalkan Tuhan dan meyakini janji Tuhan.



1. Peristiwa
Kisah tentang Kaleb Bin Yafune dalam Bilangan 13-14 awalnya bermula dari peristiwa ketika Musa mengutus 12 orang untuk mengintai tanah Kanaan. Nama Kaleb kembali disebutkan ketika 12 pengintai tersebut pulang dan melaporkan hasil pengintaiannya. Dari 12 orang tersebut , 10 diantaranya melaporkan sesuatu yang menyebabkan tawar hati bangsa Israel dan dua orang lainnya memberikan laporan yang positif oleh karena mereka memandang Allah sebagai sumber keyakinan mereka. Dua orang tersebut adalah Hosea bin Nun atau Yosua dan Kaleb Bin Yafune. Karena umat Israel mengabaikan kesaksian Kaleb dan Yosua maka mereka mengadakan pemberontakan kepada Musa dan Harun. Mereka beriktiar untuk kembali ke Mesir. Karena pemberontakan tersebut, Allah menjadi murka terhadap bangsa Israel dan hendak membinasakannya. Akan tetapi Musa berusaha meminta pengampunan pada Allah atas kesalahan bangsa Israel. Oleh karena permohonan Musa inilah akhirnya Allah memberi pengampunan namun Ia tetap memberikan hukuman kepada bangsa Israel dengan tidak mengijinkan orang-orang yang memberontak tersebut memasuki tanah perjanjian.
Sementara itu di kitab Yosua, nama Kaleb bin Yafune kembali di ungkapkan setelah Yosua mengisahkan tentang pembagian tanah Kanaan dengan cara mengundi (Yos. 14). Dalam peristiwa tersebut Kaleb menemui Yosua untuk meminta bagian yang telah dijanjikan Allah melalui Musa yaitu tanah Hebron (Yos. 14: 6-12). Di kisah ini Kaleb akhirnya mendapatkan Hebron setelah menghalau kaum Enak yang diam di sana (Yos. 15: 1-19).
2. Tokoh-tokoh yang bersangkut-paut
Dalam dua peristiwa yang tertuang di Bilangan 13-14, tokoh-tokoh lain yang ada adalah Musa, 11 pengintai yang lain (Syamua bin Zakur, Safat bin Hori, Yigal bin Yusuf, Hosea bin Nun/Yosua, Palti bin Rafu, Gadiel bin Sodi, Gadi bin Susi, Amiel bin Gemali, Setur bin Mikhael, Nahbin bin Wofsi, Guel bin Makhi), Harun, Umat Israel, dan Tuhan. sementara itu dalam kisah yang Yosua ungkapkan, tokoh lain yang dinyatakan adalah Yosua.
Tokoh-tokoh lain dalam kisah Kaleb yang terdapat di Bilangan 13-14 dan Yosua 14-15 masing-masing memiliki kisah yang berbeda-beda. Musa dan Harun pada waktu itu bertindak sebagai pemimpin dan pemuka agama dihadapan bangsa Israel. Pada saat bangsa Israel memberontak setelah mendengar kesaksian dari 10 pengintai (selain Kaleb dan Yosua), Musa dan Harun sempat bersujud didepan umat Israel dan meminta agar mereka mau tetap setia mengikuti perintah Tuhan. Sementara itu 10 orang pengintai yang lain membuat kesalahan dihadapan Tuhan dengan membuat laporan yang menjadikan umat Israel tawar hati dan tidak meyakini penyertaan Tuhan dalam merebut tanah Kanaan. Tokoh yang ketiga adalah Yosua. Ia memiliki kesamaan dengan Kaleb bin Yafune dalam memandang tanah Kanaan. Ia percaya bahwa Tuhan akan memampukan Israel untuk menduduki tanah Kanaan. Tokoh berikutnya adalah umat Israel. Umat Israel pada akhirnya mendapat hukuman dari Allah dengan tidak dapat memasuki tanah Kanaan bagi mereka yang ikut memberontak setelah mendengar kesaksian dari 10 pengintai yang lain. Tokoh terakhir adalah Tuhan sendiri. Tuhan melihat ketegartengkukan bangsa Israel, Oleh karena itu Ia menjadi murka dan hendak membinasakan bangsa Israel namun niat itu akhirnya diurungkan setelah Musa meminta belas kasihan Tuhan bagi Israel. Walau pengampunan diberikan Allah pada umat Israel, namun demikian hukuman tetap diberikan kepada mereka yang telah menentang Dia. Selain memberi hukuman, Allah juga memberikan janji berkat bagi Kaleb dan Yosua yang masih setia padaNya.
3. Seting Latar Kisah
Adapun yang menjadi seting latar kisah Kaleb Bin Yafune adalah sebagai berikut: setelah peristiwa pengucilan Miriam, maka orang-orang Israel pergi ke gurun Paran. Di sana Tuhan memerintahkan Musa untuk mengintai Kanaan. Kemudian Musa memilih 12 pemimpin dari 12 suku yang ada di Israel. 12 pengintai itu kemudian mengintai tanah Kanaan dari gurun Zin sampai Rehob, dari Negeb ke Hebron. Mereka mengintai selama 40 hari. Setelah 40 hari para pengintai kembali kepada Musa dan 10 orang menyatakan hal-hal yang buruk tentang Kanaan misalnya: orang-orangnya kuat-kuat, penduduknya suka makan sesamanya, perawakan penduduknya tinggi-tinggi, dan kotanya berkubu-kubu. Sedangkan dua orang lainnya (Yosua dan Kaleb) menyatakan hal yang positif yaitu tanahnya penuh susu dan madu, dan Tuhan akan memampukan Israel menghalau orang enak.
Setelah mendengar kesaksian dari 10 pengintai dan tidak mengindahkan Yosua dan Kaleb, maka umat Israel mengeluh kepada Musa dan Harun. Bahkan mereka beriktiar untuk kembali ke Mesir. Melihat hal itu Musa dan Harun sujud di depan umat Israel dan Yosua serta Kaleb pun ikut mengoyakan pakaiannya sambil menyemangati umat Israel agar tetap percaya pada janji Tuhan dan jangan memberontak kepada-Nya. Apa yang dilakukan Kaleb dan Yosua rupanya membuat umat Israel marah dan mau melempari mereka. Namun sebelum Yosua dan Kaleb dilempari, tampaklah kemuliaan Tuhan di kemah pertemuan.
Melihat ketidak percayaan umat Israel, Allah menjadi murka dan beriktiar untuk memusnahkan bangsa Israel. Dengan segera Musa meminta pengampunan dari Tuhan untuk bangsa Israel. Mendengar permohonan Musa, Allah memberi pengampunan bagi Israel. Akan tetapi Ia menetapkan bahwa orang-orang Israel yang pada saat itu memberontak tidak akan dapat masuk ke tanah perjanjian. Mereka akan mati sebelum Israel masuk tanah Kanaan.
Empat puluh lima tahun setelah peristiwa pemberontakan Israel terhadap Allah, Yosua telah menjadi pemimpin bangsa Israel menggantikan Musa. Yosua diberikan perintah oleh Tuhan untuk membagikan tanah pusaka. Pada waktu itu kaleb mendatangi Yosua dan meminta bagian yang akan diberikan Tuhan kepada Dia seperti yang dijanjikan Tuhan pada zaman Musa.
C. Kesan-kesan yang terhadap dalam kisah Kaleb Bin Yafune:
Kisah Kaleb Bin Yafune merupakan kisah yang Musa dan Yosua tulis untuk mengajarkan keteladanan seorang yang berani tetap berpegang teguh pada Tuhan dalam keadaan seberat apapun. Narator kisah ini mengajarkan tiga hal pada para pembaca bahwa:
1. Dalam melihat masa depan, hendaknya orang percaya meyakini pemeliharaan dan penyertaan Allah. Hal itu harus dilakukan agar tetap dapat memandang masa depan secara optimis tanpa bersungut-sungut.
2. Sebagai orang beriman, jangan pernah meragukan kuasa Tuhan dalam hidup ini sebab kuasaNya melebihi dari segala rintangan yang menghadang.
3. Janji Tuhan adalah suatu komitmen Allah yang pasti akan Ia genapi walau waktu telah lama bergulir, Tuhan tetap akan ingat janjinya.
D. Pembaca:
Pembaca untuk kisah Kaleb Bin Yafune dapat digolongkan menjadi dua yaitu secara umum dan khusus. Secara umum kisah tentang Kaleb Bin Yafune merupakan kisah yang diberikan untuk setiap orang percaya. Kisah ini berguna untuk memperkuat iman karena banyak menyatakan kesaksian tentang suka duka ketika tetap teguh mengikut Tuhan. Sementara itu secara khusus, kisah ini ditujukan untuk: orang-orang yang suka meragukan janji Tuhan dalam hidupnya, orang-orang yang mudah pesimis dalam menghadapi tantangan hidup, dan untuk orang-orang yang menyatakan diri sebagai orang percaya kepada Tuhan namun dalam hidupnya masih meragukan kuasa Tuhan bahkan lebih mempercayai kekuatan diri sendiri.